Jumat, 11 Juli 2014

Oh Perasaan

Entah apa lagi yang harus aku lakukan untuk merubah semua rasa ini, mengalihkannya, atau bila perlu membuangnya sejauh mungkin. Perpisahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. menjauh demi untuk kebaikan bersama adalah tujuan dari keputusan itu. Kenyataannya, aku terluka dengan keputusan itu. Bagaimana mungkin setelah 4 tahun perjalanan bersama, suka duka, dan amarah aku bagi dengannya. Sahabat yang paling ok. Janji persahabatan tinggallah janji.

Aku baru menyadari perasaan ini ketika perpisahan itu sudah di depan mata. Bagaimana mungkin aku menghalanginya??? Bagaimana mungkin aku memintanya untuk tetap bersamaku??? Bagaimana mungkin aku bisa melakukan semua itu????

Semua kebahagiaan yang telah dilalui bersama tidak mungkin bisa aku lupakan. Perlahan tetap akan aku buang rasa ini... rasa yang tidak seharusnya ada, tidak sepantasnya ada,


Ramadahan kali ini akan berlalu tanpa adanya kehangatan persahabatan seperti biasanya!!!

SEANDAINYA

Allah......
tidak ada yang dapat aku lakukans elain hanya doa untuk keluarga Islam yang sedang teraniaya di Palestina.
Mengapa ini harus terjadi???
Mengapa kaum-kaum Yahudi itu harus menghancurkan Islam dengan sangat keji.
Allah....
Kuatkanlah mereka di sana. Beri mereka kekuatan dan ketabahan.
Terimalah kepulangan menreka dengan Syahid....
Allahhuakkabar.....

Kamis, 10 Juli 2014

lamanya.....

kurang lebih 2 tahun blogger ini tidak hera buka,,,, sampai-sampai lupa kodenya apa.....
alhamdulillah hari ini bis alagi.... ternyata aku masih bisa berteman dengannya melalui blogger ini.... biarlah ini menjadi rahasia dunia maya..hehehhhehhehe

Kamis, 20 Juni 2013



RELASI MAKNA (ANTONIMI DAN OPOSISI)

Chaer (2007: 299) menjelaskan “Antonim atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua bauh satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain”. Chaer (2009:88) menjelaskan bahwa antonim berarti nama lain untuk benda lain pula. Disimpulkan daari asal kata antonimi yaitu anoma yang artinya nama dan inti yang artinya melawan kata-kata ini berasal dari bahasa Yunani kuno.  Verhaar dan Chaer (2009:89) mendefinisikan antonim sebagai berikut:

Ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang      maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Misalnya dengan kata bagus adalah berantonimi dengan kata buruk; kata besar adalah berantonimi dengan kata kecil; dan kata membeli berantonimi dengan kata menjual. Hubungan makna antara dua buah kata yang berantonim bersifat dua arah. 
Aminuddin (1985:122) menjelaskan bahwa antonim adalah kata-kata yang maknanya bertentangan. Kridalaksana (2008:17) antonim adalah leksem yang berpasangan secara antonimi. Antonimi adalah oposisi makna dalam pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan, misalnya dalam tinggi: rendah ‘tidak tinggi’ tidak berarti ‘rendah’. Hubungan makna antara dua buah kata yang berantonim bersifat dua arah. 

 Parera (2004:71) menjelaskan bahwa pertentangan adalah hubungan yang menyangkut dua benda yang dapat ditempatkan dalam beberapa posisi atau keadaan sebagai berikut: (1) dua benda itu dapat dihubungkan dengan satu garis lurus yang ditarik dari satu ke yang lain; (2)dua benda itu terletak pada ujung dari sebuah aksis atau diameter, atau sejenisnya; (3) dua benda itu bersambung, tetapi letaknya berhadapan; (4) dau benda itu berhadapan ; jarak antara tidak menjadi akibat; (5) mereka berpisah atau bercerai satu dari yang lain; (6) mereka bekerja saling berlawanan; (7) mereka tidak dapat berada bersama-sama karena mereka bertentangan; (8) mereka menunjukkan dua muka yang berbalikan. Secara logikal, antonim dibedakan atas kontardiksi dan kontrer. Dua makna dikatakan berkontadiksi atau berada dalam posisi kontradiksi ialah dua makna yangs aling mengucilkan dan menolak kemunculannya bersama-sama dalam satu proposisi atau kalimat pernyataan; jika yang satu benar, maka yang lain salah. Dua kata atau proposisi dikatakan dalam posisi kontrer jika dua kata atau proposisi  itu tidak mungkin sama-sama benar, tetapi ada kemungkinan keduanya salah. Leech dalam Parera (2004: 73) membedakan pertentangan kontrer menjadi dua yaitu: (1) pertentangan makna beranting dan (2) pertentangan makna polaris.

Antonim terdapat pada semua tataran bahasa: tataran morfem, kata, frase dan kalimat. Tetapi tidak mudah mencari contohnya dalam setiap bahasa. Chaer (2010:89) menjelaskan bahwaa dalam bahasa Indonesia untuk tataran morfem (terikat) barangkali tidak ada; tetapi dalam bahasa Inggris ada, contohnya: thankful dengan thankless, ful dan less berantonim; antara progresif dengan regresif, pro dan re- berantonim; juga antara bilingual dengan monolingual, bi dan mono berantonim. 

Tarigan (2009: 30) menjelaskan bahwa antonim terdiri atas anti atau ant yang berarti “lawan” ditambah akar kata onim atau anuma yang berarti “nama”, maka antonim adalah kata yang mengandung makna yang berkebalikan atau  berlawanan dengan kata lain.
Dalam buku-buku pelajaran bahasa Indonesia, antonim biasanya diartikan sebagai lawan kata. Banyak orang yang tidak setuju dengan hal ini, sebab pada hakikatnya yang berlawanan bukan kata-kata itu, melainkan makna dari kata-kata itu yang berlawanan. Maka, mereka yang tidak setuju dengan istilah lawan kata menggunakan istilah lawan makna.

Pateda (2001: 206) menjelaskan makna harfiah dari antonimi adalah nama lain untuk benda yang laian. Verhaar dalam Pateda (2001:207) menjelaskan “Antonim adalah ungkapan (biasanya kata, tetapi dapat juga frasa atau kalimta) yang dianggap bermakna kebalikan dari ungkapan lain”.
Verhaar dalam Padeta (2001: 208) menbedakan antonim berdasarkan sistem sebagai berikut:
1.      Antonim antarkalimat, misalnya dia sakit dan dia tidak sakit.
2.      Antonim antarfrasa, misalnya secara teratur dan secara tidak teratur.
3.      Antonim antrakata, misalnya makan dan minum.

            Faizah (2010: 74) menjelaskan bahwa antonim adalah relasi antarkata yang bertentangan atau berkebalikan maknya. Istilah antonim digunakan untuk oposisi makna dalam pasangan leksikal bertaraf, seperti panas dengan dingin. Antonim ini disebut bertaraf karena antara panas dengan dingin masih ada kata-kata lain seperti hangat, dan suam-suam kuku. Oposisi makna dalam pasangan pasangan leksikal tidak bertaraf yang maknanya bertentangan disebut oposisi komplementer, seperti jantan dan betina. Relasi antarkaraada juga yang maknanya berkebalikan, seperti kata suami denga istri Jika Tina istri Tono, berarti Tono suami Tini”.


Antonim sama halnya dengan sinonim tidak bersifat mutlak. sehubungan dengan itu banyak pula yang menyebutnya oposisi makan. Dengan istilah oposisi, maka tercakup dari konsep yang betul-betul berlawanan sampai kepada yang hanya bersifat kontras saja.  Berdasarkan sifatnya oposisi dapat dibedakan menjadi:
1.    Oposisi Mutlak
Pada Oposisi mutlak terdapat pertentangan makna secara mutlak, yaitu maknanya benar-benar bertentangan dan sudah mutlak tidak dapat diubah lagi. Cotohnya, kata hidup dan mati. Antara hidup dan mati terdapat batas yang mutlak, sebab sesuatu yang hidup tidak (belum) mati; sedangkan sesuatu yang mati tentu sudah tidak hidup lagi.
2.      Oposisi Kutub
Makna kata-kata yang termasuk oposisi kutub ini pertentangannya tidak bersifat mutlak, melainkan bersifat gradasi. Artinya terdapat tingkat-tingkat makna pada kata-kata tersebut. Contohnya, kata kaya dan miskin adalah dua kata yang beroposisi kutub. Pertentangannya tidak mutlak. Orang yang tidak kaya belum tentu merasa muskin, dan begitu juga dengan orang yang miskin belum tentu merasa tidak kaya. Itu sebabnya kata-kata yang beroposisi kutub ini bersifat relatif, sukar ditentukan batsnya yang mutlak. Bisa juga dikatakan batasnya bergeser, tidak tetap pada suatu titik. Kalau didiagramkan keadaan tersebut menjadi sebagai berikut:
                                                                           Kutub A
                                                                                            kaya

                                                ----------------------------------------------------------batas  
                                                                                               miskin

                                                                          Kutub B
Kata-kata yang beroposisi kutub pada umumnya adalah kata-kata dari kelas adjektif, seperti  jauh-dekat, pajang-pendek, tinggi-rendah, terang-gelap, dan luas-sempit.
3.      Oposisi Hubungan
Makna kata-kata yang beroposisi hubungan (relasional) bersifat saling melengkapi. Kehadiran kata yang satu karena ada kata yang lain yang menjadi oposisinya. Tanpa kehadiran keduanya maka oposisi ini tidak ada. Contohnya, kata menjual beroposisi dengan kata membeli. Kata menjual dan membeli walaupun maknanya berlawakan, tetapi proses kejadiannya berlangsung serempak. Proses menjual dan proses membeli terjadi pada waktu yang bersamaan, sehingga bisa dikatakan tidak akan ada proses menjual jika tidak ada proses membeli.
4.      Oposisi  Hierarkial
Makna kat-kata yang beroposisi hierarkial menyatakan suatu deret jenjang atau tingkatan. Oleh karena itu kata-kata yang beroposisi hierarkial ini adalah kata-kata yang berupa danam satuan ukuran (berat,pajnag, dan isi), nama satuan hitung dan penanggalan, nama jenjang kepangkatan, dan sebagainya. Contohnya, kata meter beroposisi hierarkial dengan kata kilometer karena berada dalam deretan nama satuan yang menyatakan ukuran panjang. Kata kuintal dan ton beroposisi secara hierarkial karena keduanya berada dalam satuan ukuran yang menyatakan berat.
5.      Oposisi Majemuk
Dalam perbendaharaan kata Indonesia ada kata-kata yang beroposisi terhadap lebih dari sebuah kata. Contohnya, kata berdiri  bisa beroposisi dengan kata duduk, dengan kata berbaring, dengan kata berjongkok. Keadaan seperti ini lazim disebut dengan istilah oposisi majemuk.

                                                 duduk
                                                 berbaring
berdiri             tiarap
                                                            berjongkok




 Fromkim dkk dalam Tarigan (2009: 36) menjelaskan bahwa sebenarnya antomin yang beraneka ragam dapat diklasifikasikan atas beberapa pasangan sebagai berikut:

1.      Pasangan Komplementer

Pasangan komplementer yaitu pasangan yang saling melengkapi, di mana yang satu tidaklah lengkap atau tidak sempurna bila tidak dibarengi oleh yang satu lagi. Contoh: kata hidup berantonim dengan kata mati. Pasangan antonim hidup-mati terasa saling melengkapi satu sama lain. Makna kata hidup lebih tepat bila dipertentangkan dengan kata mati. Apabila kata A dapat digantikan dengan kata bukan /tidak A sebagai lawannya, maka kedua kata itu disebut berantonim.

2.      Pasangan Perbandingan  (gradabel)
Suatu antonim disebut pasangan gradabel apabila penegatifan suatu kata tidaklah bersinonim dengan kata yang yang lain. Contoh: seseorang yang tidak senang tidak perlu atau belum tentu sedih.
Satu hal yang perlu diperhatikan dan juga dianggap benar mengenai antonim yang merupakan pasangan gradabel ini ialah kelebihan sesuatu merupakan kekurangan yang lainnya. Contoh: 
Lebih besar                    adalah    kurang kecil
Lebih tinggi                    adalah     kurang rendah
Ciri lain sejumlah pasangan antonim gradabel ialah yang satu berciri atau bertanda (marked) dan yang satu lagi tidak berciri atau tidak bertanda (ummarked). Anggota pasangan yang tidak berciri atau tidak bertanda itu biasanya dipakai dalam pertanyaan-pertanyaan yang ada hubungannya dengan kadar atau tingkat (degree). Contoh:
Berapa tingginya?         bukan                        Berapa rendahnya?
Berapa jauhnya?           Bukan                       Berapa dekatnya?

3.      Pasangan Relasional
Ada pula sejenis antonim yang memperlihatkan kesinambungan makna anggota pasangannya. Antonim yang sseperti itu disebut antonim relasional, karena antara anggota pasangan antonim itu terdapat hubungan yang erat. Contoh: kalau si A adalah guru si B, maka si B adalah murid si A.
Guru – Murid
Pengajar – Pelajar

4.      Pasangan Resiprokal
Ada pula sejenis antonim yang mengandung pasangan yang berlawanan atau bertentangan dalam makna tetapi juga secara fungsional berhubungan erat; hubungan itu justru hubungan timbal balik. Antonim seperti itu disebut antonim resiprokal. Contohnya: membeli – menjual. Kedua kata ini berlawanan maknanya tetapi secara fungsional berhubungan erat secara timbal balik.

5.      Pasangan Hiponim
Ada sejenis antonim yang agak istimewa, yang sering dipakai dan memang penting dalam nomenklatur (tatanama) ilmiah dan analisis semantik, yang disebut hiponim. Dalam hiponim ini, sebenarnya salah satu dari pasangan kata itu tidaklah berlawanan atau bertentangan sepenuhnya dengan yang satu lagi, tetapi justru yang satu mencakup yang lain. Contoh:
Vertebrata                      mencakup ikan, reptil (binatang melata)
Universitas                     mencakup fakultas, departemen, jurusan
Sastra                             mencakup puisi, prosa, drama


DAFTAR RUJUKAN  
Aminuddin. 1988. Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: C.V. Sinar Baru.
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Faizah, Hasnah. 2010. Linguistik Umum. Pekanbaru: Cendikia Insani.
Padeta, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.Parera,J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
             Sartuni, Rasjid dkk. 1987. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Nina Dinamika.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
             Varhaar. 1992. Pengantar Linguistik.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Senin, 18 Juni 2012

PERMAISURI HATIKU

Di antara kekasih pilihan dihati
Punyai budi penghias diri
Wajahnya lembut biasan pekerti yang tinggi
Indahnya perhiasan dunia

Diantara diriku jua diri-mu
Hanya mengharapkan cinta yang Satu
Ku kan binakan mahligai impian-mu
Oh.. sayang ikhlaskanlah hati-mu

Malu-mu bernilai
Kata-mu berhikmah
Hati-mu tulus suci dan murni
Hanya diri yang halal
Engkau serahkan segala
Untuk mencari redha Allah

Benarlah cinta buta melalaikan
Tanpa memikirkan batas syariatnya
Semuanya itu hanya ujian didunia
Ia adalah mahar untuk kita ke syurga

Oh? Kau Permaisuri di hati-ku
Di dunia ini engkau penghibur
Menjunjung kasih amanah Ilahi
Ku pasti akan terus menyayangi
Terima kasih ucapan ku beri
Kau hadiahkan ku cahaya hati
Ku pimpin tangan-mu oh kasih meniti hari
Semoga kita dapat bersama
Sampai kepada-Nya disyurga sana

Tuhan kekalkanlah
Permaisuri hati ku
Untuk menemani dalam mengapai cinta-Mu

DEBU-DEBU DOSA

Kearah mana halanya
Bagi Insan yang terleka
Mengejar nikmat dunia
Bagaikan hidup selamanya

Tak peduli dosa noda
Seksa azab neraka
Hidup jauh dari rahmat-Nya

Terpedaya pada dunia
Pentas ciptaan manusia
Terlupa pada segala
Mengikut nafsu semata

Membiar sayitan beraja
Di hati dan juga jiwa
Mengejar dunia penuh debu dosa

Teguhkanlah iman dan diri
Moga dikau akan merasai
Betapa indah nikmat Illahi
Dan yakin kau akan dirahmati

Harus kau percaya dengan pasti
Dunia tidak kekal abadi
Hanya menguji cekalnya hati
Sebagai khalifah yang sejati

Tak perlu kau meragui
Andai teguh keimananmu
Pasti bahagia menanti
Di akhirat yang abadi