KARYA TULIS ILMIAH
HAKIKAT
BAHASA
DOSEN
: Drs. Jamilin Tinambunan, M.Ed.
DISUSUN
OLEH :
JULIANA.
S
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BAHASA
INDONESIA
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
2011
KATA
PENGANTAR
Pertama sekali saya ucapkan puji dan syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas rahmat – Nya saya dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini. Dan yang kedua, tidak lupa solawat dan salam kepada ruh
junjungan Nabi besar Muhammad S.A.W. karena perjuangan beliau kita semua bisa
merasakan indahnya dunia.
Karya tulis ini saya susun dalam waktu satu minggu,
sungguh waktu yang sangat singkat. Namun saya berusaha menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini dengan sebaik mungkin. Adapaun judul yang saya angkat dalam
karya tulis ilmiah ini yaitu, Hakikat Bahasa. Karya tulis ilmiah ini saya
tujukan untuk semua kalangan, terutama mahasiswa Bahasa Indonesia. Semoga karya
tulis ilmiah ini bermanfaat untuk siapa saja yang membacanya.
Tanpa bantuan dari berbagai pihak, mustahil karya
tulis ilmiah ini dapat saya selesaikan. Untuk itu, sangatlah patut jika saya
mengucapkan terima kasih kepada rekan – rekan yang telah membantu saya.
Terimakasih untuk sarannya dan terimakasih telah meminjamkan saya laptop untuk
mengetik karya tulis ilmiah ini. Semoga kebaikan rekan – rekan semuanya dibalas
oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan imbalan berlipat ganda. Amin. Dan terimakasih
yang sebanyak – banyaknya kepada bapak Drs. Jamilin Tinambunan, M.Ed. selaku
dosen pengasuh mata kuliah Menulis. Bapak telah banyak mengajarkan kepada kami
mahasiswa kelas 3B bagaimana menulis dengan baik dan benar. Dan karya tulis ini
adalah salah satu bentuk aplikasi dari materi – materi yang telah bapak
ajarkan. Semoga bapak selalu dalam keadaan sehat wal afiat agar tetap bisa
membagi ilmu pengetahuan kepada kami. Semoga semua kebaikan bapak, akan membawa
bapak kepada kehidupan yang lebih baik. Amin.
i
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar
i
Daftar
Isi
ii
BAB
I.
PENDAHULUAN
1
1.1
Latar Belakang
Masalah
1
1.2
Tujuan
Penulisan
1
1.3
Ruang
Lingkup
2
1.4
Kerangka
Teori
3
1.5
Pembahasan
3
1.6
Hasil
Penulisan
14
Kesimpulan
15
Saran
17
Daftar
Pustaka
18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan berkelompok – kelompok. Dalam kelompok itu mereka
melakukan berbagai kegiatan untuk mengisi kehidupan dan sekaligus
mempertahankan kehidupan mereka. Salah satu kegiatan mereka adalah
berkomunikasi, wadah berkomunikasi yang paling dominan adalah bahasa.
Keanekaragaman bahasa terkadang disalahgunakan oleh sebagian orang,
dengan kata lain pemakai bahasa itu tidak tahu situasi dan kondisi seperti apa
bahasa yang seharusnya digunakan. Kenyataannya dalam situasi formal pun masih
menggunakan bahasa daerah dan bahasa asing. Karena masalah itulah saya ingin
kita menyadari bagaimana hakikat bahasa itu sebenarnya. Dan bagaimana
seharusnya kita menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam kehidupan kita.
1.2
Tujuan Penulisan
Karya tulis ilmiah ini ditulis dengan tujuan agar kita lebih memahami
bagaimana sebenarnya hakikat bahasa. Sesuai dengan jurusan yang sedang saya
jalani, materi ini sangatlah penting untuk saya dan mungkin rekan – rekan yang
lain. Saya ingin lebih mendalami hakikat bahasa dan berbagi ilmu dengan rekan –
rekan kelas 3B. Selain dari itu, tujuan saya menyusun karya tuis ilmiah ini
yaitu untuk memenuhi tugas akhir semester dari Bapak dosen mata kuliah Menulis.
Sebagai seorang mahasiswa saya menyadari betapa sangat pentingnya tugas yang
diberikan oleh dosen, kalau menurut saya ini bukanlah suatu beban tapi media
pembelajaran dan pengaplikasian materi yang selama ini diberikan oleh dosen
kepada saya dan rekan – rekan yang lain.
1.3
Ruang Lingkup
Beberapa defenisi bahasa menurut para ahli dapat kita lihat di bawah ini
:
1. Berber dalam nukunya The Story of Language ( 1964 : 21
) mengatakan bahwa bahasa adalah suatu system tanda yang berhubungan dengan
lambang bunyi – bunyi suara dan digunakan oleh suatu kelompok masyarakat untuk
berkomunikasi dan bekerja sama.
2. Badadu dalam bukunya Inilah Bahasa Indonesia yang
Benar III ( 1989 : 3 ) mengatakan bahwa bahasa adalah alat penghubung, alat
komunikasi anggota masyarakat yaitu individu – individu sebagai manusia yang berpikir,
merasa, dan berkeinginan. Pikiran, perasaan, dan keinginan baru berwujud bila
dinyatakan, dan alat untuk menyatakan itu adalah bahasa.
3. Kridalaksana dalam bukunya Kamus Linguistik ( 1983 :
17 ) mengatakan bahwa bahasa adalah system yang arbiter, yang dipergunakan oleh
suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
4. Keraf dalam bukunya Tata Bahasa Indonesia ( 1984 : 16
) mengatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat,
berupa lambang bunyi suara, yang dihasilkan oleh lat ucap manusia.
5. Sapir dalam bukunya Language ( 1921 : 8 ) mengatakan
bahwa bahasa metode atau alat penyampai ide, perasaan, dan keinginan yang
sungguh manusiawi dan noninstingtif dengan mempergunakan sistem simbol – simbol
yang dihasilkan dengan sengaja dan sukarela.
Dari semua pendapat para pakar linguistik di atas, dapat
diperhatikan bahwa ada tiga sifat bahasa yang sama – sama mereka utamakan yaitu
bahasa sebagai sistem tanda atau sistem lambang, sebagai alat komunikasi, dan
digunakan oleh kelompok manusia atau masyarakat. Jelas sudah, bahwa semua
lapisan masyarakat perlu belajar dan mengetahui bagaimana hakikat bahasa yang
sebenarnya.
1.4
Kerangka Teori
Teori dalam
karya tulis ilmiah ini terdiri dari :
Hakikat Bahasa
1.1
Bahasa sebagai Simbol
1.2
Bahasa sebagai Bunyi Ujaran
1.3
Bahasa sebagai Arbiter
1.4
Bahasa sebagai Konvensional
1.5
Bahasa sebagai Sistem
1.6
Bahasa Bermakna
1.7
Bahasa Bersifat Produktif
1.8
Bahasa Bersifat Universal
1.9
Bahasa Bersifat Unik
1.10
Bahasa Bervariasi
1.11
Bahasa sebagai Identitas
1.12
Bahasa Bersifat Hierarkis
1.13
Bahasa Besifat Horizontal dan
Vertikal
1.14
Bahasa Beranalogi, tetapi Tidak
Mutlak
1.15
Bahasa Diujarkan dan Diperdengarkan
1.16
Bahasa sebagai Pembeda Manusia dari
Hewan
1.17
Bahasa sebagai Komunikasi
1.18
Bahasa dan Kebudayaan
1.5
Pembahasan
HAKIKAT BAHASA
1.1
Bahasa sebagai Simbol
1.1.1
Pengertian Simbol
Simbol atau lambang adalah sesuatu yang dapat melambangkan dan mewakili ide,
pikiran, perasaan, benda, dan tindakan secara arbiter, konvensional, dan
representatif – interpretatif. Dalam hal ini, tidak ada hubungan langsung dan
alamiah antara yang melambangkan ( menyimbolkan ) dengan yang dilambangkan (
disimbolkan ). Dengan semikian, baik yang batiniah ( inner ) seperti perasaan,
pikiran, ide maupun yang lahiriah ( outer ) seperti benda dan tindakan dapat
dilambangkan atau diwakili simbol.
1.1.2
Simbol dan Manusia
Manusia senantiasa bergelut dengan simbol. Melalui simbol, manusia memandang,
memahami, dan menghayati alam dan kehidupannya. Simbol itu sendiri sebenarnya
merupakan kenyataan hidup, baik kenyataan lahiriah maupun kenyataan batianiah,
yang disimbolkan karena di dalam simbol terkandung ide, pikiran, perasaan, dan
tindakan manusia. Dengan demikian, simbol merupakan realitas lahir – batin yang
merepresentasikan misteri kehidupan manusia dan lewat interpretasi,
simbol dapat menghadirkan dan menunjukkan eksistensi manusia.
1.1.3
Jenis – Jenis Simbol
Pada hakikatnya, simbol dapat dibagi atas lima jenis :
1.
Simbol verbal atau simbol bahasa (
verbal symbol ) yaitu simbol berupa kata – kata, baik lisan maupun tulisan.
Misalnya, hidup, berjuang, dan tabah.
2.
Simbol matematik ( mathematical
symbol ) yaitu simbol berupa satuan matemtika. Misalnya, ( -), ( + ), ( x ), (
: ).
3.
Simbol kinetik ( kinetic symbol )
yaitu simbol berup gerak – isyarat ( gestue ). Misalnya, anggukan kepala untuk
melambangkan persetujuan, daan geleng kepala untuk melambangkan ketidak
setujuan.
4.
Simbol fisik ( physical symbol )
yaitu simbol yang nyata dapat diraba. Misalnya, bendahara, patung, ukiran, dan
benda – benda lain yang digunakan sebagai lambang.
5.
Simbol proksemika ( proxemic symbol
) yaitu simbol berupa sikap dan penjagaan jarak. Misalnya, tepukan bahu
merupakan lambang hubungan keakraban dan biasanya orang yang menepuk mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi daripada yang ditepuk.
1.1.4
Simbol Bahasa
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena manusia sebagai
makhluk biologis harus berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok sosial.
Bahasalah yang memungkinkan terjadinya interaksi dalam masyarakat. Bahasa
adalah kombinasi kata yang diatur secara sistematis sehingga dapat dipergunakan
sebagai alat komunikasi. Kata adalah bagian dari simbol yang hidup dan
dipergunakan oleh kelompok masyarakat tertantu.
1.2
Bahasa sebagai Bunyi Ujaran
Bunyi sebagai ujaran mengimplikasikan bahwa media komunikasi yang paling
penting adalah bunyi ujaran. Kita harus memegang kenyataan itu apabila kita
hendak mempelajari, mendeskripsikan atau menganalisis sesuatu bahasa.
Sebagaimana dikatakan Bolinger ( 1975 : 16 ) bahwa bahasa adalah bunyi dapat
dibandingkan dengan bahwa rumah tertentu adalah kayu. Kita dapat membayangkan
bahan – bahan lain, tampaknya seolah – olah satu – satunya alat yang kita
miliki adalah alat untuk mengerjakan kayu.
1.3
Bahasa sebagai Arbiter
Penegrtian arbiter dalam studi bahasa adalah manasuka, asal bunyi atau
tidak ada hubungan logis antara kata sebagai simbol ( lambang ) dengan yang
dilambangkannya. Dengan kata lain, arbiter berarti dipilih secara acak tanpa
alasan sehingga secara tepat apabila bahasa itu tidak diketahui.
Secara leksikal, kita dapat melihat kearbiteran bahasa. Kata anjing digunakan dalam bahasa Indonesia,
biang dalam bahasa Batak Toba, dog dalam bahasa Inggris, dan hond dalam bahasaBelanda. Keempat bahasa
tersebut ( Indonesia, Batak Toba, Inggris dan Belanda ) mempunyai kata yang
berbeda untuk menyatakan konsep yang sama.
1.4
Bahasa bersifat Konvensional
Istilah konvensi dapat diartikan sebagai suatu pandangan atau anggapan
bahwa kata – kata sebagai penanda tidak mempunyai hubungan interaksi atau
inheren dengan objek atau konsep yang ditandainya, tetapi berdasarkan
kebiasaan, kesepakatan atau persetujuan masyarakat yang didahului pembentukan
secara arbiter.
Konvensi bukan hanya berlaku untuk tataran morfologi atau leksikal,
melainkan juga untuk tataran fonemis, sintaksis, dan semantic. Baik bunyi
atau fonem, morfem maupun kalimat yang digunakan dalam suatu bahasa merupakan
suatu konvensi.
1.5
Bahasa sebagai Sistem
Sistem adalah susunan hubungan berpola dan teratur yang merupakan
organisasi bahasa, yang tiap – tiap hubungan itu berfungsi menurut kaidah –
kaidah tertentu untuk memungkinkan masyarakat bahasa berkomunikasi.
Setiap bahasa memiliki sistem, aturan, pola atau kaidah sehingga
mempunyai kekuatan atau alasan ilmiah untuk dipelajari dan diverifikasi. Bahasa
secara keseluruhan ditandai sebagai suatu sistem dan sering juga ditandai
sebagai suatu susunan beberapa sistem yang diatur secara hierarkis. Berdasarkan
inilah sehingga dua istilah yang berakar dari sistem patut dibicarakan dalam
hal ini. Kedua istilah itu ialah sistematis dan sistemis.
1.6
Bahasa Bermakna
Makna adalah arti, maksud atau pengertian yang diberikan kepada sesuatu
bentuk kebahasaan untuk menghubungkan bentuk kebahasaan tersebut dengan alam di
luar bahasa atau semua hal yang ditunjukkannya. Sebagaimana disebutkan di atas,
bunyiujaran yang terwujud menjadi suatu bentuk kebahasaan tidak dapat
dipisahkan dari makna atau arti karena makna itulah yang mengesahkan bahwa
suatu bentuk manjadi bentuk kebahasaan, baik itu fonem, morfem, frase
maupun wacana. Dengan kata lain, suatu bentuk atau bunyi bukanlah bahasa
apabila tidak bermakna.
Berdasarkan beberapa kemungkinan yang terdapat dalam makna maka makna
dapat dibagi atas :
1. Makna leksikal yaitu makna unsur – unsur bahasa
terlepas dari penggunaannya atau konteksnya. Makna leksikal ini sering disebut
makna sebagaimana yang terdapat dalam kamus atau makna sebenarnya. Misalnya,
kata laki – laki mempunyai makna pria atau manusia yang berjenis kelamin jantan.
2.
Makna kiasan
yaitu makna unsur – unsur bahasa yang didasarkan pada perasaan atau pikiran
yang berada di luar makna sebenarnya. Misalnya, buah bibir mempunyai makna menjadi
pembicaraan atau omongan orang.
3. Makna kontekstual yaitu makna unsur bahasa yang
didasarkan pada hubungan antara ujaran dengan situasi ketika ujaran itu
dipergunakan. Misalnya, kata bagus
dapat berarti jelek ketika seorang
ayah mengejek anaknya yang malas belajar dengan menggunakan kalimat patutlah nilaimu sangat bagus.
4. Makna gramatis yaitu makna yang diperoleh berdasarkan
hubungan unsur – unsur bahasa dalam satuan – satuan yang lebih besar. Misalnya,
kata mencintai pada kalimat Dia mencintai gadis itu bermakna sebutan
atau perbuatan aktif.
1.7
Bahasa Bersifat Produktif
Istilah produktif dalam studi bahasa dapat diartikan sebagai kemampuan
unsur bahasa untuk menghasilakan terus – menerus dan dipakai secara teratur
untuk membentuk unsur – unsur baru. Prefiks / meN- / dan / di- /, misalnya
dapat melekat pada setiap kata kerja dan fungsinya masing – masing membentuk
kata kerja aktif dan kata kerja pasif dalam bahasa Indonesia. Apabila ada
seribu kata kerja makna dari seribu kata kerja tersebut dapat dibentuk
dua ribu bentuk baru hanya dengan prefiks / meN- / dan / di- /. Misalnya :
meN- +
paksa
memaksa
meN- +
bahwa
membawa
meN- + fitnah
memfitnah
meN- + protes
memproses
meN- +
tulis
menulis
1.8
Bahasa Bersifat Universal
Kata universal adalah istilah yang sering dipergunakan di
dalam berbagai disiplin ilmu dan juga kata yang sering kita dengar dalam
kegiatan sehari – hari. Secara umum, boleh dikatakan bahwa universal adalah
karakteristik atau sifat umu yang dibedakan dari masalah - masalah
individual dan yang berlaku untuk setiap orang. Bahasa memang merupakan sesuatu
yanag universal dalam kehidupan manusia. Spir ( 1949 : 22 ) mengatakan bahwa
tiada fakta bahasa yang lebih umum daripada keuniversalannya.
Penegrtian bahasa universal atau bahasa adalah universal menunjukkan
bahwa bahssa merupakan sesuatu yang berlaku umum dan dimiliki setiap orang.
Inilah pengertian yang pertama. Pengertian kedua lebih mengacu pada sifat
internal bahasa itu sendiri. Jadi, pengertian universal di sini adalah kategori
linguistic yang dimiliki atau berlaku umum untuk semua bahasa. Apabila pengertian
pertama dinyatakan sebagai bahasa yang dimiliki dan berlaku untuk setiap
orang, dalam pengertian kedua dinyatakan sebagai kategori, unsur atau
tataran yang dimiliki dab berlaku untuk setiap bahasa.
1.9
Bahasa Bersifat Unik
Di balik kesemestaan bahasa terdapat keunikan. Apabila kesemestaan
dianggap sebagai sesuatu yang umum dimiliki oleh setiap bahasa, keunikan
dipandang sebagai sesuatu yang lain atau tersendiri dimiliki oleh sesuatu
bahasa. Jadi, unik dalam pengertian studi bahasa adalah kategori bahasa
yang tersendiri bentuk dan jenisnya dari bahasa lain. Setiap bahasa
memang mempunyai kelainan atau perbedaan jika dibandingkan dengan bahasa lain.
Keunikan bahasa menimbulkan keasikan pada penelitiandan ahli bahasa. Karena keunikan
tersebut, sesuatu bahasa diperlakukan sebagai objek yang otonom yaitu yang
mempunyai dunianya sendiri sehingga perlu dipandang sebagai sesuatu yang
berdiri sendiri.
1.10
Bahasa Bervariasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa variasi adalah bentuk yang dipakai
sebagai alternate untuk menggantikan yang asli, yang mula atau yang baku.
Istilah ini kemudian digunakan dalam bidang sosiolinguistik dan stilistika (
Crystal, 1983 : 372 ) yang mengacu pada sistem ekspresi linguistic yang
dipengaruhi oleh variable – variable.
Ferguson dan Gumperz mengatakan bahwa variasi adalah ( Allen, 1973 : 92
) pola – pola ujar manusia yang cukup homogeny untuk dianalisis dengan
menggunakan teknik deskripsi sinkronis yang tersedia dan yang mempunyai
sejumlah besar repertorium unsur – unsur dan susunan – susunan atau proses –
prosesnya memiliki cakupan semantic yang cukup luas untuk dapat berfungsi
dalam segala konteks komunikasi normal.
1.11
Bahasa sebagai Identitas
Identitas kurang lebih dapat dibatasi sebagai ciri – cirri atau keadaan
khusus seseorang atau kelompok. Identitas sangat penting terutama untuk
membedakan seseorang atau sesuatu kelompok dari orang atau kelompok lain.
Identitas juga merupakan penanda sekaligus yang menguatkan eksistensi manusia.
Identitas seseorang sering dapat kita ketahui dari bahasanya atau
cara dia berbicara. Seandainya dua orang yang sudah kita kenal betul sedang
berbicara di sebuah kamar, kita akan dapat mengenal siapa mereka hanya dari
cara mereka berbicara atau berbahasa.
1.12
Bahasa Bersifat Hierarkis
Hirarki adalah pengaturan unsur – unsur secara berurutan mulai dari
tingkat yang rendah ( terkecil ) samapi tingkat tertinggi ( terbesar ). Batasan
ini menyiratkan bahwa bahasa tersusun dari unit – unit yang mempunyai tingkatan
atau tataran yang berbeda – beda. Batasan tersebut juga mengimplikasikan bahwa
bahasa bukanlah suatu aliran bunyi yang terus – menerus tanpa perhatian. Setiap
unit bahasa mengungkapkan unit makna tertentu dan apabila ada unit makna serta
maksud yang ingin disampaikan maka unit – unit atau unsur – unsur bahasa
digunakan. Hubungan unsur – unsur secara teratur mulai dari tingkat terendah
sampai tingkat tertinggi itulah yang disebut bahasa.
1.13
Bahasa Besifat Horizontal dan
Vertikal
Horizontal berarti terletak pada bidang datar atau garis lurus dari kiri
ke kanan atau dari kanan ke kiri yang sejajar dengan permukaan bumi, sedangkan
vertical berarti tegak lurus dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah
yang membentuk garis tegak lurus dengan pemukaan bumi. Dimensi horizontal
didasarkan pada sifat bahasa secara linier karena kata – kata atau unsur –
unsur bahasa dalam dimensi ini disusun bersama – sama dalam suatu rangkaian
yang terdapat dalam suatu wacana.
Dimensi vertical berada di luar wacana. Di luar wacana ( seussure, 966 :
123 ) kata – kata mempunyai jenis hubungan yang berbeda – beda. Kata – kata
masing diasosiasikan dalam ingatan, yang menghasilkan kelompok – kelompok yang
dapat ditandai oleh relasi yang bervariasi.
1.14
Bahasa Beranalogi, tetapi Tidak
Mutlak
Dalam proses belajar bahasa, analogy memainkan peranan penting.
Seseorang tidak akan mengahafal semua bentuk bahasa, tetapi cukup mengetahui
satu bentuk bahasa yang bersistem, dan beranalogi kepada bentuk itu, dia
kemudian menciptakan bentuk bahasa yang baru. Jika dia sudah mengetahui bahwa
awal / peN- / membentuk kata benda yang menyatakan alat atau orang yang
bertindk atau melakukan sesuatu sebagaimana dinyatakan bentuk dasarnya dalam
kata pemukul, beranalogi kepada bentuk itu, dia akan membentuk kata : pengantar, pemborong, pencuci, pendaki,
pemabuk, penanam, pengusung, pemvonnis, peawris, dan penziarah.
1.15
Bahasa Diujarkan dan Diperdengarkan
Alat pengujaran dan alat pendengaran merupakan dua kelompok organ manusia
yang langsung terlibat dan mamainkan peranan yang sangat penting dalam
berbahasa. Ketunaan salah satu organ tersebut akan mengakibatkan
keterhambatan proses komunikasi lewat bahasa.
Pada kahikatnya, bahasa adalah sesuatau yang diujarkan.
Pesan yang disampaikan melalui ujaran itu harus didengarkan agara terjadi
komunikasi bahasa yaitu proses pengiriman dan penerimaan pesan dari pengirim ke
penerima melalui bahasa. Ujaran dari pembicara merupakan rangsangan kepada
pendengar sehingga pendengar itu kemudian akan memberikan respons terhadap
rangsangan tersebut. Respons itu bisa berupa tindakan dan bisa juga
berupa ujaran. Proses berbicara – mendengar untuk member dan menerima pesan
merupakan proses berbahasa.
1.16
Bahasa sebagai Pembeda Manusia dari
Hewan
Tidak terbayangkan bagaimana jadinya manusia dan kehidupannya,
seandainya bahasa tidak diuraikan oleh Tuhan kepada manusia. Mungkin,
manusia akan sama dengan hewan; berkeliaran, telanjang, disembelih, dan mungkin
saling membunuh karena manusia akan saling mencari mangsa dama seperti hewan.
Bahasa yang membedakan manusia dari hewan. Bahasa ( Jacobs, 1968 : 8 )
merupakan gambaran karakteristik manusia yang paling utama. Dascartes pernah
mengatakan dalam bukunya Discourse on Method Bab V : sesungguhnya adalah fakta
bahw tak seorang pun manusia yang bejat dan bodoh, tanpa terkecuali orang –
orang idiot, sehingga tidak mampu menyusun suatu ungkapan dari kata – kata yang
berbeda untuk mengungkapkan pikirannya dan sebaliknya dan sebaliknya tidak
seekor hewan yang dapat menysusun suatu ungkapan untuk mengungkapkan pikirannya
betapapun sempurnanya dari terlatihnya hewan tersebut.
1.17
Bahasa sebagai Komunikasi
Komunikasi adalah penyampaian amanat atau pesan dari penyapa
( pengirim ) kepada pesapa ( penerima ) melalui saluran berupa sistem tanda.
Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila amanat atau pesan yang disampaikan
penyapa dapat diterima pesapa persis sama dengan apa yang ada dalam pikiran
penyapa.
Ketika kita berkomunikasi atau berbicara dengan orang lain, maka kita
menggunakan atau menysusun tanda – tanda atau simbol – simbol verbal
sesuai dengan perturan, perjanjian, dan konvensi kebahasaan yang berlaku dalam
masyarakat pemakai bahasa. Komunikasi selalu dikaitkan dengan bahasa, bahkan
sering dianggap bahwa bahasa adalah komunikasi karena pada kenyataanya sistem
tanda yang paling principal dalam komunikasi manusia adalah bahasa.
1.18
Bahasa dan Kebudayaan
Kebudayaan pada hakikatnya sangat kompleks sehingga para ahli selalu
memberikan pengertian, pemahaman, dan batasan yang bervariasi terhadap
kebudayaan. Dalam pengertian yang sangat luas, Tylor mengatakan bahwa
kebudayaan merupakan keseluruhan bidang yang meliputi pengetahuan, kepercayaan,
seni, moral, hokum, adat, dn kemampuan – kemampuan serta kebiasaan – kebiasaan
lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Perilaku – perilaku yang berguna harus dipelajari dan bukan berasal dari
tradisi genetic. Dengan demikian, kebudayaan adalah cara mengetahui yang
harus dimuliki seseorang untuk menjalani tugas – tugas kehidupan sehari –
hari dan kebudayaan mencakup pengetahuan tentang music, sastra, dan seni.
Hubungan bahasa dengan kebudayaan dikaitkan lebih erat lagi. Dikatakan
bahwa bahasa merupakan hasil kebudayaan. Artinya, bahasa yang
dipergunakan atau diucapkan oleh suatu kelompok masyarakat adalah suatu
refleksi atau cermin keseluruhan kebudayaan masyarakat tersebut. Bahasa
hanya mempunyai makna dalam latar kebudayaan yang menjadi wadahnya. Kebudayaan
yang menjadi wadah suatu bahasa sangat menentukan makna bahasa tersebut.
Ungkapan – ungkapan perasaan dalam setiap bahasa mempunyai pusat atau sumber
yang beragam.
1.6
Hasil Penulisan
Bahasa adalah sebuah kebutuhan pokok untuk manusia dalam kehidupannya.
Ternyata tanpa bahasa manusia tidaklah sempurna, karena bahasa adalah pembeda
manusia dengan hewan. Manusia dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya,
semenatara hewan dilataih selama apapun hewan tidak akan dapat mengungkapkan
apa yang dirasakannya.
Sistem penyampaian pesan atau sistem komunikasi itulah yang dapat dibagi
tiga, yaitu : sistem komunikasi lisan, sistem komunikasi tulisan, sistem
komunikasi isyarat.
Kebudayaan ide, tindakan, dan hasil karya manusia tidak akan tercipta
jika tidak ada interaksi dan komunikasi antarmanusia. Hal ini terbukti dari
kenyataan bahwa tidak ada wujud kebudayaan yang menyadari yakni yang terlepas
dari kehidupan manusia. Kebudayaan adalah sesuatu yang tercipta setelah manusia
mengadakan interaksi demi mempertahankan kehidupan dan sistem sosial mereka.
Manusia yang sejak lahir atau sejak kecil menyadari di hutan tidak akan
berbudaya dan tidak akan melahirkan kebudayaan.
KESIMPULAN
Ada tiga sifat bahasa yang utama yaitu bahasa sebagai sistem tanda atau
sistem lambang, sebagai alat komunikasi, dan digunakan oleh kelompok manusia
atau masyarakat. Jelas sudah, bahwa semua lapisan masyarakat perlu belajar dan
mengetahui bagaimana hakikat bahasa yang sebenarnya. Manusia senantiasa
bergelut dengan simbol. Melalui simbol, manusia memandang, memahami, dan
menghayati alam dan kehidupannya. Simbol itu sendiri sebenarnya merupakan
kenyataan hidup, baik kenyataan lahiriah maupun kenyataan batianiah, yang
disimbolkan karena di dalam simbol terkandung ide, pikiran, perasaan, dan
tindakan manusia.
Bunyi sebagai ujaran mengimplikasikan bahwa media komunikasi yang paling
penting adalah bunyi ujaran. Penegrtian arbiter dalam studi bahasa adalah
manasuka, asal bunyi atau tidak ada hubungan logis antara kata sebagai simbol (
lambang ) dengan yang dilambangkannya. Konvensi bukan hanya berlaku untuk
tataran morfologi atau leksikal, melainkan juga untuk tataran fonemis,
sintaksis, dan semantic. Baik bunyi atau fonem, morfem maupun kalimat yang digunakan
dalam suatu bahasa merupakan suatu konvensi. Sistem adalah susunan hubungan
berpola dan teratur yang merupakan organisasi bahasa, yang tiap – tiap hubungan
itu berfungsi menurut kaidah – kaidah tertentu untuk memungkinkan masyarakat
bahasa berkomunikasi.
Berdasarkan beberapa kemungkinan yang terdapat dalam makna maka makna
dapat dibagi atas :
1. Makna leksikal yaitu makna unsur – unsur bahasa
terlepas dari penggunaannya atau konteksnya. Makna leksikal ini sering disebut
makna sebagaimana yang terdapat dalam kamus atau makna sebenarnya. Misalnya,
kata laki – laki mempunyai makna pria atau manusia yang berjenis kelamin jantan.
2.
Makna kiasan
yaitu makna unsur – unsur bahasa yang didasarkan pada perasaan atau pikiran
yang berada di luar makna sebenarnya. Misalnya, buah bibir mempunyai makna menjadi
pembicaraan atau omongan orang.
3. Makna kontekstual yaitu makna unsur bahasa yang
didasarkan pada hubungan antara ujaran dengan situasi ketika ujaran itu
dipergunakan. Misalnya, kata bagus
dapat berarti jelek ketika seorang
ayah mengejek anaknya yang malas belajar dengan menggunakan kalimat patutlah nilaimu sangat bagus.
4. Makna gramatis yaitu makna yang diperoleh berdasarkan
hubungan unsur – unsur bahasa dalam satuan – satuan yang lebih besar. Misalnya,
kata mencintai pada kalimat Dia mencintai gadis itu bermakna sebutan
atau perbuatan aktif.
Ferguson dan Gumperz mengatakan bahwa variasi adalah ( Allen, 1973 : 92
) pola – pola ujar manusia yang cukup homogeny untuk dianalisis dengan
menggunakan teknik deskripsi sinkronis yang tersedia dan yang mempunyai
sejumlah besar repertorium unsur – unsur dan susunan – susunan atau proses –
prosesnya memiliki cakupan semantic yang cukup luas untuk dapat berfungsi
dalam segala konteks komunikasi normal. Pada kahikatnya, bahasa
adalah sesuatau yang diujarkan. Pesan yang disampaikan melalui
ujaran itu harus didengarkan agara terjadi komunikasi bahasa yaitu proses
pengiriman dan penerimaan pesan dari pengirim ke penerima melalui bahasa.
Hubungan bahasa dengan kebudayaan dikaitkan lebih erat lagi. Dikatakan
bahwa bahasa merupakan hasil kebudayaan. Artinya, bahasa yang
dipergunakan atau diucapkan oleh suatu kelompok masyarakat adalah suatu
refleksi atau cermin keseluruhan kebudayaan masyarakat tersebut. Bahasa
hanya mempunyai makna dalam latar kebudayaan yang menjadi wadahnya. Kebudayaan
yang menjadi wadah suatu bahasa sangat menentukan makna bahasa tersebut.
Ungkapan – ungkapan perasaan dalam setiap bahasa mempunyai pusat atau sumber
yang beragam.
SARAN
Sebagai jurusan Bahasa Indonesia sudah seharusnya kita memahami hakikat
bahasa, apalagi kita adalah calon seorang guru. Terlebih kita adalah makhluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena kita dikaruniai akal, pikiran, dan
juga bahasa. Dan bahasa jugalah pembeda kita dengan makhluk ciptaan Tuhan
lainnya. Karena hanya manusia yang dapat mengungkapkan perasaannya dengan
bahasa. Satu – satunya makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki bahasa adalah
manusia.
Gunakanlah bahasa yang baik dan benar dalam berkomunikasi dengan orang
lain. Kita harus mulai belajar dari sekarang menggunakan bahasa yang baik dan
benar. Terlebih lagi setelah kita menjadi seorang pengajar atau guru.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Robert
Sibarani, M.S. 1992. Hakikat Bahasa.
Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Alwasilah,
A.Chaeder. 1984. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung : Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar